Muhammad Fahry, KARAMA, dan Bisnis yang Ramah Lingkungan
“
Kejelian Muhammad Fahry melihat potensi bisnis besar dari limbah usaha kepiting keluarganya jadi awal mula munculnya unit bisnis KARAMA. Sebuah produk makanan ringan dengan varian rasa yang sangat beragam.
Ide awal bisnis KARAMA muncul ketika sang pemilik, Muhammad Fahry, melihat bagaimana usaha kepiting keluarganya berjalan. Keluarganya memiliki tempat pengelolaan yang hanya memanfaatkan kepiting kriteria minimal 10 cm. Selain dari itu, hasil tangkapan nelayan yang dipekerjakan tidak digunakan dan bahkan dibuang. Fahry melihat ini sebagai kesempatan untuk membuat usaha baru, yakni produk makanan ringan. Ide ini juga diyakini olehnya bisa mengurangi limbah di lautan. Dari situlah, KARAMA tercipta.
Cita-cita dan ketertarikan untuk terjun ke dunia usaha sejak kecil menjadi pendorong Fahry memulai KARAMA. Ia sangat percaya diri dengan usaha ini karena meyakini bahwa produk yang dijajakan memiliki nilai tambah. Apalagi, produknya bisa disajikan dalam varian rasa yang sangat beragam. Hanya dalam waktu satu tahun, usahanya berkembang dengan sangat pesat.
Alasan Klasik yang Menjadi Penghambat
Perjalanan karier bisnis Fahri tidak selamanya berlangsung mulus. KARAMA sebenarnya menampung banyak ide yang berasal dari tim pemasaran yang dimilikinya.
Sayangnya, usahanya kerap terhambat oleh alasan klasik: modal. Apalagi ia membutuhkan SDM untuk pengembangan produk. Fahry memendam harapan untuk mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai pekerja.
Fahry kemudian mengikuti program EYW gagasan ANGIN x Oxfam Indonesia dengan harapan bisa mendapatkan solusi atas permasalahannya. Ia mendaftarkan dirinya ke dalam program ini setelah mendapatkan informasi dari organisasi bisnis pemuda bernama YES BauBau di tempat tinggalnya saat ini, BauBau, Sulawesi Tenggara.
Investor Baru dan Peningkatan Jumlah Reseller
Manfaat keikutsertaannya dalam program EYW ternyata sangat banyak. Ia mendapatkan pengalaman bermanfaat soal manajemen bisnis yang mulai diterapkan dalam pengembangan KARAMA. Materi marketing menjadi salah satu favoritnya. Berkat ini, ia mulai bisa melakukan praktik promosi sendiri dan menambah reseller hingga 6-7 orang dari luar kota. Bahkan, Fahry baru saja mendapat investor yang tertarik menanamkan modal buat KARAMA.
Fahry berharap ilmu yang didapatkan dari program EYW bisa diimplementasikan untuk membuat KARAMA berkembang lebih jauh lagi.
Ia juga berharap pengetahuannya bisa disebarluaskan untuk menggerakkan anak-anak muda di lingkungannya agar mau ikut terjun ke dunia bisnis. Dengan begitu, iklim usaha yang sehat dan kolaboratif bisa tercipta di BauBau. “Jangan takut untuk menjadi pebisnis. Menjadi pebisnis memang bukan perkara gampang, banyak lika-liku yang harus ditempuh. Selalu percaya bahwa dengan kerja keras dan optimisme yang tinggi, semua usaha akan terbayarkan dengan keberhasilan,” pesan Fahry buat anak muda lainnya.